Rabu, 19 Mei 2010

BEDA MANI DENGAN MADZI

Seorang jamaah bertanya kepada saya melaui SMS tentang apa bedanya mani dengan madzi dan bagaimana menyucikannya. Perkara ini adalah perkara yang harus dijelaskan secara detail dan seluruh umat islam harus tahu, sehingga saya perlu menjawab lewat blog ini. Berikut penjelasannya :

1-Bentuk dan sifatnya.
Mani lelaki berbentuk cairan pekat berwarna putih, adapun mani wanita encer berwarna kuning. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Ummu Sulaim Radhiyallahu 'Anha bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang seorang wanita yang bermimpi dalam tidur sebagaimana yang dialami kaum pria (mimpi basah).

Rasul bersabda: "Jika ia melihat keluarnya mani maka wajib mandi."
Dengan malu-malu Ummu Sulaim Radhiyallahu 'Anha bertanya: "Apakah seorang wanita juga mengalaminya (mimpi basah)?"
Rasul menjawab: "Kalau begitu bagaimana mungkin seorang anak bisa mirip ibunya? Sesungguhnya mani pria itu pekat berwarna putih dan mani wanita encer berwarna kuning, siapa saja di antara keduanya yang lebih awal atau lebih dominan maka kemiripan akan condong kepadanya."
Muttafaqun 'Alaihi (Shahih Muslim No:469)
Dalam Syarah Shahih Muslim (III/222), berkaitan dengan sabda nabi: Mani pria pekat berwarna putih, mani wanita encer berwarna kuning, Imam An-Nawawi berkata:
"Hadits ini merupakan kaidah yang sangat mulia dalam menjelaskan bentuk dan sifat mani. Itulah sifatnya dalam keadaan biasa dan normal. Alim ulama berkata: "Dalam keadaan sehat mani lelaki itu berwarna putih pekat memancar sedikit demi sedikit saat keluar. Biasa keluar bila dibarengi dengan syahwat dan sangat nikmat saat keluarnya. Setelah keluar ia akan merasakan lemas dan akan mencium bau seperti bau mayang kurma, yaitu seperti bau adonan tepung. Warna mani bisa berubah disebabkan beberapa hal di antaranya: saat sedang sakit, maninya akan berubah encer dan kuning, atau kantung testis melemah sehingga mani keluar tanpa dipacu oleh syahwat, atau karena terlalu sering bersenggama sehingga warna mani berubah merah seperti air perasan daging dan kadangkala yang keluar adalah darah.

Beberapa karakteristik yang dijadikan patokan dalam mengenal mani adalah:

1-Memancar akibat dorongan syahwat disertai rasa lemah setelahnya.
2-Baunya seperti bau mayang kurma sebagaimana yang telah dijelaskan.
3-Keluarnya dengan memancar sedikit demi sedikit.

Salah satu dari ketiga karakteristik tersebut cukup untuk menentukan apakah yang keluar itu mani ataukah bukan. Jika tidak ditemukan salah satu dari ketiga karakter di atas maka tidak boleh dihukumi sebagai mani karena dengan begitu hampir bisa dipastikan bahwa ia bukan mani. Ini berkaitan dengan mani pria. Adapun mani wanita warnanya kuning dan encer. Kadangkala warnanya putih bila kekuatannya melebihi kadar rata-rata.

Ada dua karakteristik yang jadi patokan dalam menentukan mani wanita.
1-Baunya seperti bau mani pria.
2-Nikmat saat mengeluarkannya dan merasakan lemah setelah itu.

Adapun madzi, hanyalah cairan lekat berwarna putih. Biasanya keluar disebabkan mengkhayalkan hubungan intim atau terlintas keinginan berhubungan intim. Umumnya keluar tanpa dorongan syahwat, tidak memancar dan tidak disertai rasa lemah setelah mengeluarkannya. Keluarnya madzi biasanya dialami kaum wanita dan kaum pria, namun dalam hal ini kaum wanita lebih sering mengalaminya."
Silakan lihat Syarah Shahih Muslim karangan Imam An-Nawawi III/213.

2-Konseksuensi hukum yang timbul karena mengeluarkan mani atau madzi.
Orang yang mengeluarkan mani diwajibkan mandi janabah, baik maninya keluar saat sadar sebab bersenggama atau sebab lainnya ataupun saat tidur (mimpi basah). Adapun orang yang mengeluarkan madzi cukup berwudhu' saja.

Dalilnya riwayat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu ia berkata:
"Saya adalah seorang pria yang sering mengeluarkan madzi. Sayapun menyuruh Miqdad untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Rasulullah berkata: "Cukup berwudhu' saja!"
Muttafaqun 'alaihi, matan di atas adalah riwayat Al-Bukhari.

Dalam kitab Al-Mughni (I/168) Ibnu Qudamah berkata:
"Ibnul Mundzir mengatakan: Ahli ilmu sepakat bahwa keluarnya kotoran dari dubur, keluarnya air seni dari kemaluan, keluarnya madzi dan keluarnya angin dari dubur menyebabkan hadast serta membatalkan wudhu'.

3-Konsekuensi hukum berkenaan dengan status thaharah dan status kenajisannya.
Menurut pendapat ulama yang terpilih mani statusnya suci.

Dalilnya adalah riwayat 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha ia berkata:

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasanya mencuci pakaiannya yang terkena mani baru kemudian berangkat menuju shalat dengan mengenakan pakaian tersebut sementara aku masih bisa melihat bekas bilasan pada pakaian tersebut."
Muttafaqun 'alaihi.

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

"Aku pernah mengerik bekas mani yang tersisa pada pakaian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu beliau kenakan untuk shalat."

Dalam lafal lain berbunyi:

"Aku pernah mengerik mani yang mengering pada pakaian beliau dengan kuku."

Bahkan diriwayatkan secara shahih bahwa beliau membiarkannya saja mani yang masih basah (belum mengering). Cukup beliau mengusapnya dengan batang kayu atau sejenisnya. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad (VI/243).
Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ia berkata:

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menghilangkan bekas mani pada pakaiannya dengan kayu idzkhir kemudian mengerjakan shalat dengan mengenakannya. Bila mani itu mengering beliau gosok kemudian mengerjakan shalat dengan mengenakannya."
(H.R Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih beliau dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa' I/197)

Adapun madzi statusnya najis berdasarkan hadits Ali Radhiyallahu 'Anhu di atas tadi.

Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan beliau untuk mencuci zakar dan biji pelir lalu berwudhu'. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu 'Awanah dalam Al-Mushtakhrij.

Dalam kitab At-Talkhis Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata:
"Sanadnya bersih tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, madzi statusnya najis wajib mencuci zakar dan buah pelir karena mengeluarknnya serta membatalkan wudhu'."

Status pakaian yang terkena mani dan madzi.
Menurut pendapat ulama yang menyatakan mani itu suci maka pakaian yang terkena mani tidaklah najis.

Seseorang boleh mengerjakan shalat dengan menggunakan pakaian tersebut.

Dalam kitab Al-Mughni (I/763) Ibnu Qudamah berkata:
"Dianjurkan agar mengerik mani yang melekat pada pakaian meskipun kita telah menyatakan bahwa mani itu suci. Namun tetap sah shalat dengan mengenakan pakaian yang terkena mani sekalipun belum dikerik."
Adapun madzi, maka cukuplah dengan memercikkan air pada pakaian yang terkena, karena sangat menyulitkan bila harus dicuci.

Dalilnya adalah riwayat Abu Dawud dalam Sunannya dari Sahal bin Hanif Radhiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata:
"Saya merasakan kesulitan yang sangat disebabkan sering mengeluarkan madzi sehingga saya berulangkali mandi. Lalu saya tanyakan hal tersebut kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau menjawab: "Cukup bagimu berwudhu'!"
"Wahai Rasulullah, bagaimana dengan pakaian yang terkena madzi?" tanyaku lagi.
"Cukup engkau ambil seciduk air lalu percikkan tempat yang diyakini terkena madzi" jawab beliau.
H.R At-Tirmidzi, ia berkata: Hadits ini hasan shahih, kami tidak mengetahui hadits tentang madzi dari Muhammad bin Ishaq kecuali riwayat ini.
Penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/373) berkata:
"Hadits di atas merupakan dalil bahwa bila madzi mengenai pakaian maka cukup dipercikkan air pada bagian yang terkena dan tidak perlu dicuci. Wallahu a'lam.
Sumber : Islam Tanya & Jawab; Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid

Selain mani dan madzi juga ada yang disebut wadi. Wadi adalah Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan hadats kecil dan pembatal wudhu sebagaimana kencing dan madzi. Wallahu a'lam Bishowab.

Rabu, 11 Maret 2009

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

Jika engkau mensyukuri nikmatKu maka akan Kutambah nikmatku padamu, dan jika engkau mengkufuri nikmatKu sesungguhnya Azabku sangat pedih (QS: 14:7)

Saudara, sadarkah kita bahwa selama ini kita memperoleh nikmat Allah yang begitu luar biasa. Sejak kita lahir, sampai sekarang pernahkah kita menghitung nikmat Allah yang telah kita terima? Jika pun kita hitung, tidak mungkin kita mampu menghitungnya.
Bu Nini yang lebih dikenal dengan bu Saifudin, suatu saat harus dirawat di sebuah rumah sakit karena asmanya kambuh. Begitu masuk rumah sakit, pertolongan pertama yang dilakukan dokter dan perawat adalah dengan memberikan oksigen. Kira=kira tiga jam selang oksigen itu harus ditempelkan dihidungnya untuk menambah jumlah oksigen yang diserap oleh tubuh.
Dua hari kemudian bu Nini diperbolehkan pulang tentu setelah mennyelesaikan biaya administrasi rumah sakit. tahukah anda berpa biaya oksigen selama tiga jam tersebut ? Rp 2.000.000,00 ya dua juta rupiah.
Andaikan saja ketika kita bernafas ini dikenai biaya 2 juta setiap tiga jam, itu artinya dalam sehari (24 jam) kita harus mengeluarkan biaya Rp 16 juta. Pernahkah kita berfikir, bahwa selama ini kita telah memperoleh nikmat yang luar biasa yang kalau kita hitung, tidak mampu kita membayarnya. Jika dalam sehari kita harus dikenai biaya Rp 16 juta itu artinya dalam setahun kita harus membayar Rp 5,84 milyar. Jika saat ini usia kita 40 tahun artinya kita harus membayar Rp 233,6 milyar. Sanggupkah kita membayar semua ini. Itu baru nikmat berupa oksigen, belum nikmat lain yang kalau kita mau meneliti begitu mahal harganya, seperti rezeki yang kita makan setiap hari, anak-anak, kendaraan, dan masih banyak lagi.
sayangnya kita sering menganggap biasa nikmat Allah yang diberikan kita. kalau boleh jujur nih selama ini pernahkah kita mensyukuri nikmat Allah berupa oksigen. Seharusnya ketika kita sadar bahwa kita tidak dapat hidup tanpa oksigen, kita tentu berterima kasih kepada yang memberi oksigen. Dan yang memberi oksigen adalah Allah, maka sampaikan kepada Allah ucapan terima kasih kita.
Kalau kita sering mengajari anak-anak kita ketika diberi oleh orang sesuatu, kita minta mereka untuk mengucapkan terima kasih, pernahkah kita mengajari mereka untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah?
Saya ajak saudara untuk menjadi orang yang tahu diri. Tahu diri kita ini siapa, kita ini hanya makhluk yang lemah, yang tidak akan mampu melakukan apa-apa tanpa bantuan Allah. Maka berterima kasihlah kepadaNya. Kalau kita menganggap bahwa keberhasilan kita karena usaha kita, sadarlah bagi Allah sangat mudah mencabut nikmat kesuksesan yang sedang kita genggam. Janganlah sombong, karena sejatinya kesuksesan kita adalah skenario yang diberikan Allah kepada kita. Kesuksesan kita adalah sebuah ujian apakah kita bersyukur atau kufur. Jika kita bersyukur, yakinlah bahwa Allah akan menambah nikmatnya kepada kita. Jadi jika saat ini kita sukses dan kita syukuri kesuksesan itu, yakinlah bahwa sukses itu akan semakin bertambah. Sebaliknya jika sombong atas kesuksesan kita, tunggulah kehancuran sebentar lagi datang.
Di tulisan ini saya hanya ingin mengajak kita semua introspeksi, apapun kondisi kita syukuri itu, karena Allah yang Maha tahu kebutuhan kita, Allah Maha tahu yang terbaik bagi kita. Semakin kita sadar bahwa kita ini hanya makhluk yang kecil dihadapan Allah yang jika Allah berkehendak mencabut sedikit nikmat yang kita terima kita akan kelimpungan, bingung, mengeluh bahkan putus asa, tentunya kita akan memiliki kesadaran yang lebih untuk apa kita diciptakan di dunia ini. Apa yang sebenarnya kita kejar di dunia ini? Kenikmatan semu.
Maka carilah kenikmatan abadi yang dijanjikan Allah. Caranya buka buku panduannya ikuti langkah-langkahnya. Artinya baca Al Quran, pahami maknanya selanjutnya aplikasikan panduan dalam Al Quran tersebut dalam kehidupan kita. Dan untuk memperjelas panduan tersebut, edifikasi (tiru, teladani) cara yang dilakukan rasulullah yang dapat kita pelajari melalui hadits-hadits. Insya Allah cara ini akan menuntun kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
jangan pernah merasa cukup dengan ibadah kita selama ini, karena jika kita bandingkan dengan Rasulullah maupun sahabat-sahabatnya intensitas dan kualitasnya sangat jauh. Teruslah untuk belajar dan berusaha menjadi lebih baik dalam beribadah. Gengsilah jika kita tidak bisa baca Al Quran, gengsilah jika kita tidak melaksanakan sholat fardhu berjamaah di masjid, gengsilah kita jika sedekah kita sedikit, gengsilah kita jika kita tidak melakukan sholat dhuha, dsb. Bukan sebaliknya, kita gengsi karena rumah kita sederhana, gengsi tidak punya mobil, gengsi sekolah di sekolah biasa-biasa saja, gengsi belanja di pasar tradisional, gengsi menjadi karywan rendahan, dsb.
Sadarilah yang kita kejar-kejar di dunia adalah semu. Kita akan kembali dari perantauan di dunia ini dan selanjutnya akan ditanya oleh Allah apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita peroleh di dunia ini.
Dengan menjadi hamba yang selalu bersyukur, kita akan menjadi pribadi mulia. Karena kita akan selalu melihat sesuatu adalah nikmat. dan akhirnya kita akan menjadi orang-orang yang optimis yang akan memakmurkan bumi ini. Insya Allah.

Senin, 09 Februari 2009

BERSYUKUR DI TENGAH MUSIBAH

Hampir tiga hari ini Semarang diguyur hujan terus menerus. Tak heran banyak tempat yang mengalami banjir. Sebut saja di Sawah Besar Gayamsari yang tergenang banjir di beberapa lokasi, dan tentu saja daerah langganan banjir seperti bubakan, stasiun tawang, pelabuhan, dan di beberapa pusat kota seperti di sekitar pleburan. Aktivitas ekonomi jadi terhambat akibat bencana ini. Bandara tutup, kereta api lambat, bahkan angkutan darat lainnya macet total akibat banjir. Yang lebih memprihatinkan sebenarnya adalah para warga yang harus mengungsi akibat rumahnya tergenang banjir ini.
Saya sendiri pun sedikit was-was, maklum depan rumah saya adalah sebuah sungai yang cukup besar, yang jika hujan deras ketinggian airnya hampir mendekati ketinggian jalan. Mungkin yang lebih was-was lagi adalah tetangga saya yang berada persis di samping talud yang sudah 3 kali jebol setiap musim hujan.
Banyak orang mengeluh kenapa hujan nggak berhenti-berhenti. Aneh juga ya manusia. Saat musim kemarau sedikit berkepanjangan, mereka minta disegerakan turun hujan. Begitu musim hujan datang malah minta diberhentikan hujannya. Ya itulah manusia, lebih banyak mengeluhnya. Coba kalau banyak syukurnya kan Allah akan menambah nikmatnya bagi kita.
Lihatlah hujan sebagai rahmat, dengan adanya hujan maka air sumur kita yang tadinya mengering kini sudah terisi lagi. Bukankah kita tidak dapat hidup tanpa air?
"Oh pasti, tapi kalau airnya kebanyakan dan justru menimbulkan bencana masak kita syukuri juga?" begitu kata mas aan. Ya tetap harus disyukuri, soalnya itu pertanda sayangnya Allah kepada kita. Kita nih lagi diingatkan supaya tidak suka berbuat kerusakan. Bukankah bencana ini akibat ulah kita juga? Coba pikir, setiap hari kita memproduksi sampah. Ribuan kubik sampah dihasilkan setiap hari di kota kita. Kemana sampah-sampah itu dibuang? Ternyata sebagian dibuang ke sungai. Nggak percaya? Tanyakan aja pada bagian produksi PDAM, kenapa sih setiap kali hujan besar air PDAM mati? Jawabannya karena PDAM lagi membersihkan sampah-sampah yang nyangkut di unit produksinya. 
Kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya saja ternyata tidak mudah. Di jalan setiap hari puntung rokok dibuang seenaknya oleh para perokok. Itu baru puntung rokok, belum sampah-sampah yang berserakan di jalan setelah ada kegiatan, contohnya di simpang lima setiap hari Minggu pagi. Wah berat juga ya kalau dipikir-pikir ngurusin sampah.
Nah itulah yang saya maksud supaya kita tetap bersyukur terhadap musibah ini. Dengan kita sadar bahwa ini adalah peringatan Allah, mestinya kita terus bertobat dan memperbaiki diri. Jangan terlena dengan kemudahan yang kita dapatkan, tapi teruslah berintrospeksi. Sebagai manusia kita mempunyai tugas sebagai kholifah yang dibebani tanggung jawab untuk memakmurkan bumi. Secara alamiah, saya yakin bumi ini tidak berbencana. Namun karena perbuatan manusia, yang mementingkian dirinya sendiri terjadilah bencana. Daerah resapan air kini sudah jadi perumahan. Sawah-sawah kini sudah jadi daerah industri. Lha kalau sudah begini mau apa?
Jawabannya kembali lagi kepada Allah. Mari kita bersama-sama memohon ampun kepada Allah atas segala dosa kita. Perbaiki hubungan dengan Allah. Karena sekali lagi ini adalah show of force dari Allah. Betapa mudahnya kita dihancurkan oleh Allah. Sudah siapkah kita menghadapNya.
Seberapa dekatkah kita kepada Allah. Dari 24 jam sehari waktu kita berapa menitkah kita mengingat Allah. Di antara kesibukan kita mengejar dunia, masihkan nama Allah terucap di lisan kita dan tergetar di hati kita. Ketika kita dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak cara siapakah yang kita lakukan, Allah atau setan.
Renungkanlah sobat, karena hidup kita tak kan lama. Jangan sampai kita dilenakan oleh kemegahan dunia sampai kita lupa bahwa kita seharusnya mengejar kemegahan akhirat yang lebih abadi. Jika musibah ini bisa menjadi awal dari perubahan diri kita itu artinya kita lulus dari ujian Allah. Tetapi jika musibah ini kita anggap sebagai kejadian biasa, bukan karena kekuasaan Allah semata, maka siap-siaplah Anda untuk ditelan banjir dan ditenggelamkan seperti Firaun.
Sebagai bentuk syukur, saya mengajak Anda untuk peduli kepada saudara-saudara kita yang harus mengungsi, yang kehilangan rumah, yang kehilangan anggota keluarganya dengan membantu mereka. Bantulah mereka dengan sedekah Anda. Mereka butuh makanan, pakaian, selimut, obat-obatan, dll. Yakinlah bahwa sedekah Anda akan diganti Allah dengan berlipat ganda.