Rabu, 11 Maret 2009

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

Jika engkau mensyukuri nikmatKu maka akan Kutambah nikmatku padamu, dan jika engkau mengkufuri nikmatKu sesungguhnya Azabku sangat pedih (QS: 14:7)

Saudara, sadarkah kita bahwa selama ini kita memperoleh nikmat Allah yang begitu luar biasa. Sejak kita lahir, sampai sekarang pernahkah kita menghitung nikmat Allah yang telah kita terima? Jika pun kita hitung, tidak mungkin kita mampu menghitungnya.
Bu Nini yang lebih dikenal dengan bu Saifudin, suatu saat harus dirawat di sebuah rumah sakit karena asmanya kambuh. Begitu masuk rumah sakit, pertolongan pertama yang dilakukan dokter dan perawat adalah dengan memberikan oksigen. Kira=kira tiga jam selang oksigen itu harus ditempelkan dihidungnya untuk menambah jumlah oksigen yang diserap oleh tubuh.
Dua hari kemudian bu Nini diperbolehkan pulang tentu setelah mennyelesaikan biaya administrasi rumah sakit. tahukah anda berpa biaya oksigen selama tiga jam tersebut ? Rp 2.000.000,00 ya dua juta rupiah.
Andaikan saja ketika kita bernafas ini dikenai biaya 2 juta setiap tiga jam, itu artinya dalam sehari (24 jam) kita harus mengeluarkan biaya Rp 16 juta. Pernahkah kita berfikir, bahwa selama ini kita telah memperoleh nikmat yang luar biasa yang kalau kita hitung, tidak mampu kita membayarnya. Jika dalam sehari kita harus dikenai biaya Rp 16 juta itu artinya dalam setahun kita harus membayar Rp 5,84 milyar. Jika saat ini usia kita 40 tahun artinya kita harus membayar Rp 233,6 milyar. Sanggupkah kita membayar semua ini. Itu baru nikmat berupa oksigen, belum nikmat lain yang kalau kita mau meneliti begitu mahal harganya, seperti rezeki yang kita makan setiap hari, anak-anak, kendaraan, dan masih banyak lagi.
sayangnya kita sering menganggap biasa nikmat Allah yang diberikan kita. kalau boleh jujur nih selama ini pernahkah kita mensyukuri nikmat Allah berupa oksigen. Seharusnya ketika kita sadar bahwa kita tidak dapat hidup tanpa oksigen, kita tentu berterima kasih kepada yang memberi oksigen. Dan yang memberi oksigen adalah Allah, maka sampaikan kepada Allah ucapan terima kasih kita.
Kalau kita sering mengajari anak-anak kita ketika diberi oleh orang sesuatu, kita minta mereka untuk mengucapkan terima kasih, pernahkah kita mengajari mereka untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah?
Saya ajak saudara untuk menjadi orang yang tahu diri. Tahu diri kita ini siapa, kita ini hanya makhluk yang lemah, yang tidak akan mampu melakukan apa-apa tanpa bantuan Allah. Maka berterima kasihlah kepadaNya. Kalau kita menganggap bahwa keberhasilan kita karena usaha kita, sadarlah bagi Allah sangat mudah mencabut nikmat kesuksesan yang sedang kita genggam. Janganlah sombong, karena sejatinya kesuksesan kita adalah skenario yang diberikan Allah kepada kita. Kesuksesan kita adalah sebuah ujian apakah kita bersyukur atau kufur. Jika kita bersyukur, yakinlah bahwa Allah akan menambah nikmatnya kepada kita. Jadi jika saat ini kita sukses dan kita syukuri kesuksesan itu, yakinlah bahwa sukses itu akan semakin bertambah. Sebaliknya jika sombong atas kesuksesan kita, tunggulah kehancuran sebentar lagi datang.
Di tulisan ini saya hanya ingin mengajak kita semua introspeksi, apapun kondisi kita syukuri itu, karena Allah yang Maha tahu kebutuhan kita, Allah Maha tahu yang terbaik bagi kita. Semakin kita sadar bahwa kita ini hanya makhluk yang kecil dihadapan Allah yang jika Allah berkehendak mencabut sedikit nikmat yang kita terima kita akan kelimpungan, bingung, mengeluh bahkan putus asa, tentunya kita akan memiliki kesadaran yang lebih untuk apa kita diciptakan di dunia ini. Apa yang sebenarnya kita kejar di dunia ini? Kenikmatan semu.
Maka carilah kenikmatan abadi yang dijanjikan Allah. Caranya buka buku panduannya ikuti langkah-langkahnya. Artinya baca Al Quran, pahami maknanya selanjutnya aplikasikan panduan dalam Al Quran tersebut dalam kehidupan kita. Dan untuk memperjelas panduan tersebut, edifikasi (tiru, teladani) cara yang dilakukan rasulullah yang dapat kita pelajari melalui hadits-hadits. Insya Allah cara ini akan menuntun kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
jangan pernah merasa cukup dengan ibadah kita selama ini, karena jika kita bandingkan dengan Rasulullah maupun sahabat-sahabatnya intensitas dan kualitasnya sangat jauh. Teruslah untuk belajar dan berusaha menjadi lebih baik dalam beribadah. Gengsilah jika kita tidak bisa baca Al Quran, gengsilah jika kita tidak melaksanakan sholat fardhu berjamaah di masjid, gengsilah kita jika sedekah kita sedikit, gengsilah kita jika kita tidak melakukan sholat dhuha, dsb. Bukan sebaliknya, kita gengsi karena rumah kita sederhana, gengsi tidak punya mobil, gengsi sekolah di sekolah biasa-biasa saja, gengsi belanja di pasar tradisional, gengsi menjadi karywan rendahan, dsb.
Sadarilah yang kita kejar-kejar di dunia adalah semu. Kita akan kembali dari perantauan di dunia ini dan selanjutnya akan ditanya oleh Allah apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita peroleh di dunia ini.
Dengan menjadi hamba yang selalu bersyukur, kita akan menjadi pribadi mulia. Karena kita akan selalu melihat sesuatu adalah nikmat. dan akhirnya kita akan menjadi orang-orang yang optimis yang akan memakmurkan bumi ini. Insya Allah.