Senin, 09 Februari 2009

BERSYUKUR DI TENGAH MUSIBAH

Hampir tiga hari ini Semarang diguyur hujan terus menerus. Tak heran banyak tempat yang mengalami banjir. Sebut saja di Sawah Besar Gayamsari yang tergenang banjir di beberapa lokasi, dan tentu saja daerah langganan banjir seperti bubakan, stasiun tawang, pelabuhan, dan di beberapa pusat kota seperti di sekitar pleburan. Aktivitas ekonomi jadi terhambat akibat bencana ini. Bandara tutup, kereta api lambat, bahkan angkutan darat lainnya macet total akibat banjir. Yang lebih memprihatinkan sebenarnya adalah para warga yang harus mengungsi akibat rumahnya tergenang banjir ini.
Saya sendiri pun sedikit was-was, maklum depan rumah saya adalah sebuah sungai yang cukup besar, yang jika hujan deras ketinggian airnya hampir mendekati ketinggian jalan. Mungkin yang lebih was-was lagi adalah tetangga saya yang berada persis di samping talud yang sudah 3 kali jebol setiap musim hujan.
Banyak orang mengeluh kenapa hujan nggak berhenti-berhenti. Aneh juga ya manusia. Saat musim kemarau sedikit berkepanjangan, mereka minta disegerakan turun hujan. Begitu musim hujan datang malah minta diberhentikan hujannya. Ya itulah manusia, lebih banyak mengeluhnya. Coba kalau banyak syukurnya kan Allah akan menambah nikmatnya bagi kita.
Lihatlah hujan sebagai rahmat, dengan adanya hujan maka air sumur kita yang tadinya mengering kini sudah terisi lagi. Bukankah kita tidak dapat hidup tanpa air?
"Oh pasti, tapi kalau airnya kebanyakan dan justru menimbulkan bencana masak kita syukuri juga?" begitu kata mas aan. Ya tetap harus disyukuri, soalnya itu pertanda sayangnya Allah kepada kita. Kita nih lagi diingatkan supaya tidak suka berbuat kerusakan. Bukankah bencana ini akibat ulah kita juga? Coba pikir, setiap hari kita memproduksi sampah. Ribuan kubik sampah dihasilkan setiap hari di kota kita. Kemana sampah-sampah itu dibuang? Ternyata sebagian dibuang ke sungai. Nggak percaya? Tanyakan aja pada bagian produksi PDAM, kenapa sih setiap kali hujan besar air PDAM mati? Jawabannya karena PDAM lagi membersihkan sampah-sampah yang nyangkut di unit produksinya. 
Kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya saja ternyata tidak mudah. Di jalan setiap hari puntung rokok dibuang seenaknya oleh para perokok. Itu baru puntung rokok, belum sampah-sampah yang berserakan di jalan setelah ada kegiatan, contohnya di simpang lima setiap hari Minggu pagi. Wah berat juga ya kalau dipikir-pikir ngurusin sampah.
Nah itulah yang saya maksud supaya kita tetap bersyukur terhadap musibah ini. Dengan kita sadar bahwa ini adalah peringatan Allah, mestinya kita terus bertobat dan memperbaiki diri. Jangan terlena dengan kemudahan yang kita dapatkan, tapi teruslah berintrospeksi. Sebagai manusia kita mempunyai tugas sebagai kholifah yang dibebani tanggung jawab untuk memakmurkan bumi. Secara alamiah, saya yakin bumi ini tidak berbencana. Namun karena perbuatan manusia, yang mementingkian dirinya sendiri terjadilah bencana. Daerah resapan air kini sudah jadi perumahan. Sawah-sawah kini sudah jadi daerah industri. Lha kalau sudah begini mau apa?
Jawabannya kembali lagi kepada Allah. Mari kita bersama-sama memohon ampun kepada Allah atas segala dosa kita. Perbaiki hubungan dengan Allah. Karena sekali lagi ini adalah show of force dari Allah. Betapa mudahnya kita dihancurkan oleh Allah. Sudah siapkah kita menghadapNya.
Seberapa dekatkah kita kepada Allah. Dari 24 jam sehari waktu kita berapa menitkah kita mengingat Allah. Di antara kesibukan kita mengejar dunia, masihkan nama Allah terucap di lisan kita dan tergetar di hati kita. Ketika kita dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak cara siapakah yang kita lakukan, Allah atau setan.
Renungkanlah sobat, karena hidup kita tak kan lama. Jangan sampai kita dilenakan oleh kemegahan dunia sampai kita lupa bahwa kita seharusnya mengejar kemegahan akhirat yang lebih abadi. Jika musibah ini bisa menjadi awal dari perubahan diri kita itu artinya kita lulus dari ujian Allah. Tetapi jika musibah ini kita anggap sebagai kejadian biasa, bukan karena kekuasaan Allah semata, maka siap-siaplah Anda untuk ditelan banjir dan ditenggelamkan seperti Firaun.
Sebagai bentuk syukur, saya mengajak Anda untuk peduli kepada saudara-saudara kita yang harus mengungsi, yang kehilangan rumah, yang kehilangan anggota keluarganya dengan membantu mereka. Bantulah mereka dengan sedekah Anda. Mereka butuh makanan, pakaian, selimut, obat-obatan, dll. Yakinlah bahwa sedekah Anda akan diganti Allah dengan berlipat ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar